Sebenarnya aku mendatangi kota kecil di Jateng ini dalam rangka tugas. Untuk mengaudit dan memberikan pengarahan pengarahan pada cabang perusahaan tempatku bekerja. Karena perusahaan di pusat mengeluarkan banyak kebijaksanaan baru, sesuai dengan perkembangan zaman. Kebetulan ibu mertuaku tinggal di kota ini, sehingga sore itu aku langsung menuju rumah mertuaku. Sekalian mau memberikan oleh oleh dari Vina, istriku.
Setibanya di rumah ibu mertuaku yang senantiasa kupanggil Mami itu, aku langsung masuk lewat pintu depan yang kebetulan tidak dikunci.Mami tampak sedang menyetrika di ruang tengah. Langsung kukagetin, “ Mamiiii … ! ”
Mami terperanjat. Dan memandang ke arahku, terkejut lagi setelah tau siapa yang baru datang ini.
“ Ramooon … ! “ Mami menyimpan setrikaan di alasnya. Lalu merangkulku, “ Sama Vina ? “ tanyanya.
“ Nggak Mam. Aku ke sini dalam rangka tugas di cabang perusahaan yang ada di kota ini. Jadi selama seminggu aku mau tinggal di sini. Boleh kan Mami ? “ tanyaku setelah mencium tangan Mami, dilanjutkan dengan cipika cipiki.
“ Tentu aja boleh. Jangankan seminggu, mau sebulan atau setahun juga boleh, “ sahut Mami sambil menyeka keringatnya yang membasahi dahinya. Mungkin karena habis memegang setrikaan, jadi membuat badan Mami ikut kepanasan.
Kantong plastik besar berisi oleh oleh dari Vina pun kuberikan. “ Ini oleh oleh dari Vina Mam, “ ucapku.
“ Waduh, bawa oleh oleh segala segini banyaknya, “ ucap Mami sambil memperhatikan isi kantong plastik besar itu. Setahuku isi kantong plastik itu makanan semua. Oleh oleh khas dari kota tempatku bermukim sekarang.
Kemudian Mami membawa kantong plastik itu dan memindahkan isinya ke kulkas. “ Biar awet, “ gumamnya.
Lalu Mami duduk di sofa yang sedang kududuki, disebelah kiriku.
“ Ramon … apa masih penasaran sama mami ? “ tanya Mami sambil menepuk lututku.
Aku kaget mendengar pertanyaan itu. Karena aku masih ingat benar kejadian yang satu itu, ketika Vina sudah tertidur nyenyak, aku menghampiri Mami. Aku memang penasaran melihat ibu mertuaku yang bertubuh tinggi semampai dan berkulit putih bersih itu. Sehingga aku jadi nekad. Menghampiri Mami yang sedang berada di dapur, lalu merangkul Mami dari belakang sambil berkata, “ Aku penasaran sama Mami. “
Aku masih ingat benar semuanya itu. Betapa Mami terkejut dan mendorong dadaku begitu kuatnya, sehingga aku terjengkang ke belakang, bagian belakang kepalaku membentur tumpukan piring kotor. Lumayan sakit.
Mimi tampak kaget juga melihat kecelakaan yang mungkin tidak diinginkannya. Tapi Mami masih sempat bilang pelan pelan, “ Kalau ketahuan Vina, bisa hancur rumah tanggamu. “
“ Iya Mami, maafkan aku ya Mam, “ sahutku sambil memegang belakang kepalaku yang masih terasa sakit.
Untungnya Vina tidak terbangun. Karena seperti biasa, kalau sudah tidur nyenyak begitu, Vina sangat sulit dibangunkan. Padahal di dapur rumah ibunya telah terjadi sesuatu.
Sejak saat itu aku tak berani lagi mengganggu mami mertuaku. Bahkan sudah hampir setahun aku tidak mau bertamu lagi ke rumahnya. Takut didorong sekuat tenaga lagi.
Dan kini, setelah begitu lama aku tidak mengunjungi rumah Mami, malah Mami bertanya apakah aku masih penasaran padanya ?
Maka seenaknya saja aku menjawabnya, “ Takut dismackdown sampai kepalaku sakit lagi. “
“ Sebenarnya itu gak disengaja sama mami, “ ucap Mami sambil mengusap usap kepalaku, “ Cuma saat itu Ramon pas lagi lengah. Maafin mami untuk kejadian setahun yang lalu itu ya. “
Tiba tiba Mami bangkit dan bergegas membuka pintu depan. Ternyata ada gerobak tukang mie goreng lewat.
“ Mie gorengnya dua ya. Jangan pedes pedes, “ kata Mami pada tukang mie goreng.
“ Baik Bu, “ sahut tukang mie goreng itu.
Lalu Mami masuk ke dalam rumah, mengambil 2 buah piring dan diserahkan kepada tukang mie goreng itu.
“ Mie gorengnya enak lho. Pakai ayam kampung, “ kata Mami sambil duduk lagi di samping kiriku.
Beberapa saat kemudian, aku dan Mami sudah duduk di depan meja makan, untuk menyantap mie goreng gerobak dorong itu.
“ Memang enak mie gorengnya Mam. “
“ Iya. Makanya mami sering beli. Pelanggannya banyak di sekitar sini. Ohya, Ramon mau dibikinin kopi ? “ tanya Mami.
“ Gak usah Mami. Nanti malah gak bisa tidur. “
“ Ohya … nanti Ramon tidurnya di kamar yang biasa dipake oleh Ramon dan Vina itu ya. “
“ Iya Mami. Tapi kalau minta ditemenin sama Mami tidurnya bisa ? “
“ Wah … berarti Ramon masih penasaran sama mami ya ? “
“ Heheheee … emangnya kalau aku masih penasaran, Mami takkan membanting aku lagi ? “
Mami yang duduk di kursi yang berdampingan dengan kursiku, malah mencubit perutku. “ Waktu itu mami kan kaget. Takut juga ketahuan sama Vina. Makanya spontan saja mami dorong Ramon sekuat tenaga. “
“ Sekarang kan gak ada Vina Mam, “ cetusku sambil menyeka mulutku dengan kertas tissue, setelah mie gorengnya kuhabiskan, “ Jadi … mau kan Mami menemaniku tidur ? “
“ Sebagai permintaan maaf mami, atas ketidak sengajaan mendorong Ramon dahulu, boleh deh mami temani Ramon tidur. Tapi jangan sampai Vina tahu ya. “
“ Tentu aja akan kurahasiakan Mam. “
“ Sebenarnya mami juga inget terus sama Ramon sejak kejadian di dapur itu. Dan mengharapkan Ramon datang. Tapi gak datang datang, sehingga mami pikir Ramon pasti merajuk akibat jatuh di dapur itu gara gara mami. “
“ Sekarang kan aku sudah datang. Peristiwa di dapur itu sudah kulupakan. Aku tetap sayang sama Mami. Tapi belakangan ini aku dan Vina sama sama sibuk. Sehingga gak bisa datang ke sini, “ sahutku sambil memberanikan diri merayapkan tanganku ke paha Mami yang tersembul lewat belahan dasternya.
Aku siap untuk dimarahi Mami, karena aku sedang meraba raba dan sedikit meremas paha mertuaku. Tapi ternyata tidak. Mami malah menyandarkan kepalanya di bahuku, dengan elahan napas berat. Aku pun memberanikan diri untuk melingkarkan lenganku di pinggang Mami.
Mami diam saja. Bahkan berkata dengan suara agak bergetar, “ Kalau mami nemenin Ramon tidur, mami mau diapain aja nanti ? “
“ Apa pun yang akan kulakukan, harus ada izin Mami dulu. Aku takkan main paksa Mam. “
“ Kalau gitu mami mau bersih bersih dulu ya, “ kata Mami sambil berdiri, “ Gak enak badan penuh keringet gini. “
“ Kamar mandi di kamarku masih ada water heaternya Mam ? “ tanyaku.
“ Masih, “ sahut Mami, “ Mau mandi malam dulu ? “
“ Iya Mam. Biar badanku seger. Supaya nyenyak tidurnya nanti. “
“ Yakin bisa nyenyak tidurnya ? “ tanya Mami.
“ Yakin, karena dininabobokan sama Mamie tersayang. “
Tiba tiba Mamie membungkuk dan mencium bibirku yang masih duduk di kursi makan.
“ Terima kasih Mami. Ciuman Mami sangat berharga bagiku. “
Mami tersenyum manis. Lalu melangkah ke arah kamarnya seraya berkata, “ Mami mau bersih bersih dulu ya. “
“ Iya Mam, “ sahutku, “ Aku juga mau mandi dulu. “
Kemudian aku melangkah ke arah kamar yang biasa kupakai bersama Vina, sambil menyeret koper biru tuaku. Kukeluarkan dan kubawa alat alat mandiku, kemudian masuk ke dalam kamar mandi yang biasa kupakai bersama Vina.
Ternyata benar. Showernya masih bisa memancarkan air panas. Maka aku pun mandi sebersih mungkin. Supaya mengesankan Mami seandainya terjadi “sesuatu” nanti.
Setelah mandi kubelitkan handuk di badanku dan keluar dari kamar mandi. Kuambil dan kukenakan celana kolor htam dan baju kaus yang hitam juga.
Beberapa saat kemudian Mami muncul di kamarku. Dengan mengenakan kaus singlet wanita berwarna hitam dan celana pendek berwarna hitam juga.
“ Wah … bisa kompak begini ya, “ cetusku, “ Aku pakai yang serba hitam, Mami juga sama … serba hitam begitu. Berarti kita berjodoh Mam. “
“ Hush jodohmu Vina, “ sahut Mami.
Kutarik tangan Mami ke atas bed sambil bertanya, “ Tapi sekadar ingin memiliki Mami boleh kan ? “
“ Saling memiliki secara rahasia sih boleh. Asalkan jangan merusak rumah tanggamu dengan Vina, “ sahut Mami.
Aku perhatikan celana pendek Mami ketat, tapi bagian perutnya ada kerut kerut karetnya. Karena itu kuselundupkan tanganku ke balik celana pendek Mamie lewat bagian perutnya. Sampai menemukan bagian yang harus paling dirahasiakan, yang berambut jarang dan pendek pendek. Mami terdiam saja. Padahal aku sudah memegang permukaan kewanitaannya. Dan ketika jemariku mulai menyelinap ke celah basah dan hangat serta licinnya, barulah Mami berkata lirih, “ Ramon … itu yang kamu inginkan dari mami ya … “
“ Apa saja yang boleh kulakukan pada Mami sekarang ? “ tanyaku, sambil mencolek colek celah basah yang tak mengenakan celana dalam itu,
Mami menggeliat, mungkin karena sentuhan jari tanganku cukup telak untuk membuat suhu badannya menghangat.“ Mmm … apa pun boleh kamu lakukan. Tapi jangan menyakiti mami ya Ramon ... ooooh… Ramooon … “
Aku mengangguk sambil tersenyum. “ Tenang Mami, aku takkan menyakiti Mami. Malah ingin agar kita sama sama bahagia, “ ucapku sambil mendesakkan badan Mami agar celentang di atas bed.
Mami benar benar jadi penurut sekarang ini. Ketika aku menarik celana pendeknya, Mami diam saja. Dan aku yang sudah tahu sejak tadi bahwa Mami tidak mengenakan celana dalam di balik celana pendek hitam ini, menyaksikan indahnya bagian yang seharusnya paling dirahasiakan oleh ibu mertuaku ini. Ada rerumputan liar yang dibiarkan tumbuh di bagian atasnya, tapi dicukur bersih di kanan kirinya.
Tapi aku membiarkan kewanitaan Mami menghirup udara segar beberapa saat. Karena aku ingin menelungkup di atas perut dan dada Mami yang masih tertutupi kaus singlet hitam itu.
Ombak yang sedang berkejaran masih dalam suasana nyaman dan indah. Karena aku mendahulukan untuk mencium dan melumat bibir Mami. Pada saat itulah Mami merengkuh leherku ke dalam pelukan eratnya. Karena Mami ingin menyambut ciuman dan lumatanku dengan mesranya. Diiringi dengan pelukan hangat pula.
Dalam saat seperti inilah aku berusaha untuk membenamkan senjata pusakaku ke dalam kewanitaan Mami. Tapi Mami tidak menyadarinya, karena sedang tenggelam dalam indahnya saling lumat bibir denganku.
Sampai pada suatu saat, ketika senjata pusakaku sudah membenam separohnya di gua surgawi Mami, barulah Mami menyadarinya, “ Ramon … oooh … ini sudah masuk ? “
“Sudah Mami sayangku … meski sudah basah, punya Mami luar biasa enaknya Mam, “ sahutku yang sudah mulai mengayun meriam kulitku di dalam lorong kenikmatan ibu mertuaku.
“ Duuuh … mami merasa seperti muda lagi Ramon … mami tidak tau lagi harus ngomong apa … yang jelas Ramon telah memiliki mami sekarang ini, “ cetus Mami ketika genjotanku mulai digencarkan.
“ Mami memang masih muda, kan Mamin baru empatpuluhlima tahun. Berarti masih muda. Makanya punya Mami masih sangat enak Mam, “ sahutku tanpa menhentikan genjotanku.
“ Gak tau juga. Tapi sekarang ini mami sedang merasakan sangat bahagia Ramon. “
“ Aku juga bahagia bisa memiliki Mami seperti sekarang ini. Bahkan mungkin aku bakal ketagihan nanti. “
“ Sama … mami juga takut jadi ketagihan nanti. Kalau Ramon terlalu lama gak nengok mami ke sini, bisa bisa mami nangis nelangsa nanti Ramon. “
“ Hmmm … mulai saat ini aku akan merasa sayaaang sekali sama Mami … “
“ Mami juga sayang sama Ramon. Tapi janji ya, setelah tugasmu selesai di kota ini, Ramon bakal sering nengokin mami ke sini. “
“ Kalau tidak ada kesibukan, aku akan usahakan nengokin Mami ke sini. Kalau perlu aku akan bohong sama Vina. Bilangnya mau ke mana, padahal ke sini. Untuk melepaskan rasa rinduku sama Mami. “
Tak lama kemudian Mami terasa mengejang tegang, dengan napas tertahan. Lalu Mami terkulai lemas. Pasti Mami sudah orgasme lagi, untuk kedua kalinya. Tanpa rintihan histeris, tanpa melontarkan kata kata ngaco dari mulutnya.
Aku pun ingin mengejar ketertinggalanku. Dengan menambah kecepatan genjotanku. Sampai akhirnya senjata pusakaku kubenamkan sedalam mungkin. Sambil menembakkan pejuhku berkali kali di dalam liang kenikmatan Mami
“ Terima kasih Ramon ya … “ bisik Mami setelah ciumannya lepas.
“ Kuucapkan terima kasih juga buat Mami, karena aku sudah dikasih kesempatan untuk memiliki sekujur tubuh Mami yang sangat mengesankan ini, “ sahutku.
“ Tapi ingat ya, jangan sampai Vina mencium gelagat kita berdua. Karena mami udah bisa ngebayangin seandainya dia tahu, wah, pasti ngamuk. “
“ Iya Mami.Kalau ada Vina kita harus bersikap biasa biasa saja, sebagaimana lazimnya mertua dengan menantu. “
Aku puas sekali dengan apa yang telah kulakukan pada Mami.
Betapa tidak. Kalau diamati benar, bentuk tubuh dan wajah Mami, sejujurnya harus kuakui. Bahwa Mami lebih cantik daripada anaknya, Vina. Apalagi kalau Mami sudah berdandan, tampak anggun luwes dan wajahnya itu punya daya pesona yang luar biasa di hatiku.
Bahkan ketika aku mau meninggalkan kota kecil di Jateng itu, Mami seolah ingin menguras spermaku. Dengan memintaku untuk menggaulinya lagi dan lagi dan lagi. Laksana ingin melakukan ritual menjelang perpisahan denganku.
Dan aku sangat terkesan oleh perilaku Mami yang sangat lincah itu demi kepuasaan dan kebahagiaanku.
Waktu aku mau meninggalkan rumah Mami, kami saling berpelukan dengan eratnya. Mami bahkan sampai mencucurkan air mata saking beratnya melepaskan kepergianku.
Begitulah Mami dengan segala kelebihannya yang sangat mengesankan di hatiku.
Sedangkan Vina … putri Mami yang sudah 5 tahun menjadi istriku, entah apa yang harus kukatakan. Yang jelas aku menikahi Vina atas dasar dijodohkan oleh orang tuaku. Karena pada saat itu usiaku sudah 31 tahun. Tapi belum juga punya istri. Akhirnya kuturuti juga keinginan orang tuaku itu, menikahi Vina yang saat itu berusia 21 tahun.
Rumah tanggaku bersama Vina berjalan damai damai saja. Tapi sebenarnya aku tak pernah mencintainya. Untungnya aku selalu sabar, tidak pernah grasak grusuk tanpa alasan yang jelas. Karena itu rumah tanggaku bersama Vina selalu berjalan damai. Tapi Vina tidak tahu kalau aku mulai merasa jenuh dengan perkawinan yang damai tapi membosankan ini.
Bahkan kehidupan seksualku pun terasa jenuh. Sehingga pada suatu hari aku pernah mengusulkan kepada istriku, untuk mengundang orang ketiga dalam kehidupan seksual kami. Dengan kata lain aku ingin melihat Vina ditiduri oleh salah seorang teman atau anak buahku di kantor yang usianya rata rata masih sangat muda.
Usul itu untuk memanaskan kembali kehidupan seksualku dengan Vina, supaya baik Vina mau pun diriku mearasakan sensasinya. Tapi Vina senantiasa menolaknya. Takut rumahtangga kami jadi retak kelak, katanya.
Setelah tiba di rumahku, koper dan oleh oleh dari Mami untuk Vina, kutinggalkan di rumah. Mumpung masih agak pagi aku pun lalu ke kantor pusat perusahaan, di mana aku bekerja. Untuk melaporkan segala penunaian tugasku di kantor cabang yang berada di kota kecil di Jateng itu.
Begitu tiba di kantor, teman temanku pada menjabat tanganku sambil mengucapkan selamat. “ Selamat untuk apa ? “ tanyaku heran.
“ Lihat aja papan pengumuman di dalam, “ sahut salah seorang temanku.
Aku pun bergegas masuk ke dalam kantor. Dan melihat ada apa di papan pengumuman itu. Ternyata di papan pengumuman dicantumkan adanya mutasi para karyawan perusahaan ini. Antara lain diriku. Ya, aku diangkat menjadi Manager Marketing … ! Wow … ini jabatan yang banyak diimpikan oleh para karyawan yang levelnya sudah bukan pegawai rendahan lagi, seperti aku. Tadinya aku hanya menjabat sebagai asisten manager operasional. Sekarang dijadikan manager marketing. Jabatan yang paling basah tanpa harus korupsi juga.
Tentu saja aku melaporkan kenaikan jabatanku ini pada istriku sepulangnya dari kantor, “ Jabatanku sekarang adalah Manager Marketing. “
“ Wah keren dong, “ sahut Vina sambil mengecup pipiku, “ Berarti aku sudah boleh lepas KB ya ? “
“ Jangan dulu dilepas, “ larangku, “ kan aku akan menghadiahi seorang lelaki muda untuk menidurimu, seperti yang pernah kuusulkan berkali kali itu. Nanti kalau sudah puas wife sharing, barulah KBnya boleh dilepaskan. “
“ Emangnya sudah dipikirkan matang matang mengenai baik buruknya rencana gila itu ? “ tanya Vina.
“ Baiknya banyak. Antara lain, hubungan kita bakal lebih hangat, tidak membeku dalam kedinginan seperti sekarang ini. Buruknya tidak ada. Yang penting ikuti semua petunjuk dariku nanti. “
Sebenarnya tadi di kantor aku sudah berunding dengan seorang anak muda 19 tahunan, yang masih bekerja sebagai pegawai rendahan di bagian admin. Anak muda itu indo-belanda yang bernama Hansen. Aku sudah berunding dengan Hansen, bahwa kalau dia bersedia meniduri istriku, aku akan menariknya jadi staf manager marketing. Hansen sangat bersemangat kelihatannya. Terlebih lagi setelah dilihatin foto Vina dalam keadaan telanjang bulat.
Untuk memenuhi permintaanku, Hansen pun membuat selfi di dalam kamar mandi kantor. Selfi dalam keadaan telanjang bulat juga. “ Usahakan penismu tegang dulu sebelum selfi, “ kataku pada Hansen tadi. Itulah foto yang akan diperlihatkan kepada Vina di rumah.
Hansen baru berusia 19 tahun (5 tahun lebih muda daripada Vina), berwajah ganteng dan bertubuh tinggi kekar begitu, pasti Vina suka. Apalagi kalau melihat penisnya yang panjang gede sekali itu … pasti membuat Vina degdegan nanti.
Dan kini mumpung membahas masalah wife sharing itu, kuperlihatkan foto telanjang Hansen itu pada Vina. “ Ini foto anak muda yang akan nidurin kamu nanti, “ kataku.
“ Hiii … belalainya lebih gede dari belalai kuda ini sih, “ cetus istriku setelah memperhatikan foto telanjang Hansen itu dengan seksama.
“ Tapi kamu bakal puas deh, “ sahutku, “ Dia itu indo-belanda. Namanya Hansen. Dia baru berumur sembilanbelas tahun, masih seger segernya daun muda, “ sahutku.
“ Abang kenal dia di mana ? “
“ Dia anak buahku di kantor. Masih rendah kedudukannya, karena hanya punya ijazah SMA. Deal ? “ cetusku sambil menjulurkan tanganku.
“ Deal, “ sahut istriku, “ Tapi kalau terjadi hal hal negatif di kemudian hari, jangan salahkan aku ya. Karena semuanya itu keinginan Bang Ramon sendiri. “
“ Takkan ada yang negatif. Semua bakal positif. Aku ingin melihatmu merem melek waktu digenjot oleh Hansen yang belalainya panjang gede itu nanti. “
“ Abang mau nonton aku begituan sama si Hansen itu ? “
“ Aku akan memantaunya sebentar saja. Lalu aku akan meninggalkan kalian nanti. Biar kalian bebas melakukan apa saja, yang penting kamu harus puas sepuas puasnya Vin. “
“ Hihihihiii … kebayang dientot sama kontol indo-belanda yang masih sangat muda begitu. Mudah mudahan aja aku gak pingsan nanti. “
Lalu apa tujuanku dengan merencanakan semuanya itu ? Apakah aku ini seorang lelaki yang cuckold ? Tidak. Aku lelaki normal normal saja. Tapi aku tidak mencintai Vina. Bahkan sekarang cintaku hanya untuk Mami seorang saja.
Dan yang terpenting, kalau Vina sudah melakukan semua yang kurencanakan, aku tidak takut lagi kalau pun Vina memergoki aku sedang bersetubuh dengan mamienya kelak. Itulah tujuan utamaku. Bahkan mungkin aku akan meminta teman teman dekatku untuk melakukan hal yang sama, setelah acara dengan Hansen terlaksana.
“ Lantas kapan mau dilaksanakannya crazy plan itu Bang ? “ tanya Vina.
“ Besok. Kamu gak ngajar kan besok ? “
“ Gaklah, besok kan Sabtu, gak ngajar, “ sahut Vina. Profesi Vina adalah guru TK.
Vina tidak tahu bahwa aku sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk acara yang kata Vina “crazy plan” itu. Antara lain, kamar tamu yang akan dijadikan ruang bergumul Vina dengan Hansen itu jauh jauh hari sudah kupasangi 8 buah kamera mini yang tersembunyi, sudah dipasangi mikrofon mini juga. Lalu aku bisa memantau semua yang terjadi di kamar tamu itu dari kamarku sendiri. Ini bukan CCTV. Dan lebih berkualitas daripada CCTV biasa.